BULETIN EL-ASYI, ASET BERHARGA ANEUK NANGGROE
BULETIN EL-ASYI, ASET BERHARGA ANEUK NANGGROE
BULETIN EL-ASYI, ASET BERHARGA ANEUK NANGGROE - Buletin el-Asyi merupakan buletin tertua dalam ranah mahasiswa Indonesia Mesir yang selalu menarik untuk dikupas kembali. Semenjak kelahirannya tahun 1991, media milik masyarakat Aceh di Mesir ini terus berbenah perlahan. Ini semua adalah berkat kerja keras para kru, dedikasi mereka yang tinggi kepada el-Asyi, soliditas dan kekompakan mereka patut di apresiasi. Berkat kerja keras itulah buletin el-Asyi mampu bertahan di umurnya yang ke 20 tahun.
20 tahun perjalanan el-Asyi tersebut bukanlah waktu yang singkat, Suka duka bersama el-asyi telah dirasakan oleh generasi-generasinya, mengejar deadline, kesibukan reportase sampai kejelian mengedit tulisan bersama menjadi proses pembelajaran tersendiri bagi segenap kru.
Karena itu, butuh puluhan bahkan ratusan halaman untuk menulis pengalaman panjang buletin el-Asyi secara rinci. Selanjutnya penulis berusaha untuk memaparkan sekilas perjalanan buletin kebanggaan masyarakat Aceh Mesir ini, sejarahnya, dan berbagai pernak-pernik yang dimaksud. Semoga menjadi wawasan lebih bagi generasi penerus tercinta, dan menjadi ajang nostalgia bagi generasi-generasi terdahulu.
el-Asyi lahir berkat kesadaran kolektif mahasiswa Aceh Cairo tahun 1990. Awalnya berupa mading yang bertajuk kebebasan opini, berisi berbagai macam tulisan dari warga KMA. Karena mading tak lagi mampu menampung berbagai jenis tulisan, sehingga segera melahirkan ide untuk melahirkan sebuah buletin. Tepatnya pada tanggal 1 Januari 1991 ide tersebut berwujud nyata, buletin el-Asyi edisi pertama berhasil diterbitkan. Pimred pertama kala itu adalah DR. Fakhrur Ghazi, Doktor sastra Arab, Universitas Al-Azhar Mesir.
Nama el-Asyi sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti ‘orang Aceh’. Dari arti ini dapat dikonotasikan bahwa el-Asyi ini cerminan fikrah putra-putri Aceh yang belajar di Mesir. Pada perkembangan selanjutnya el-Asyi menjadi satu-satunya buletin yang mampu bertahan, sebenarnya ada beberapa buletin lain milik KMA Mesir yang muncul setelah el-Asyi namun tak bisa bertahan lama akibat berbagai faktor. Eksisnya el-Asyi tersebut tak terlepas dari soliditas para kru, adanya pengkaderan kru dan adanya inovasi kreatif dan ide cemerlang untuk menjadikan el-Asyi tetap diminati dan dinanti kehadirannya oleh pembaca.
Pasang Surut el-Asyi
Adalah suatu hal yang dimaklumi jika sebuah buletin mogok dalam hal penerbitan. Demikianlah pada umumnya yang dialami oleh buletin-buletin yang dikelola oleh Masisir khususnya pada tahun 1991. Begitu juga yang terjadi pada el-Asyi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan proses penerbitan tersendat masa itu, masa belajar menghadapi ujian, dan banyaknya para kru yang berangkat haji. Maka tidaklah mengherankan jika edisi ke tiga el-Asyi baru terbit setelah 10 bulan kemudian. Tepatnya 16 November 1991.
el-Asyi terbit dua kali dalam sebulan (dwi mingguwan) biasanya terbit tiap tanggal 6 dan 16, namun melihat kenyataan yang ada dilapangan, akhirnya el-Asyi merubah kebijakan tersebut. Kini el-asyi terbit sekali dalam sebulan dengan tetap memperhatikan waktu-waktu khusus ujian.
Ketika tsunami terjadi, el-Asyi juga sedikit mengalami penurunan, biasanya dalam setahun, 5 sampai 6 el-Asyi bisa diterbitkan, namun tahun itu hanya 3 buah el-Asyi yang sanggup diterbitkan. Hal ini karena sejumlah kru el-Asyi diamanahi menjadi pengurus posko tsunami dari KMA sehingga pekerjaan mereka terbagi.
Tsaurah (revolusi) yang melanda Mesir beberapa bulan lalu juga telah meyebabkan tersendatnya penerbitan el-Asyi. Sebagian faktornya seperti kekurangan para kru karena evakuasi juga masalah keamanan yang belum menentu saat itu.
Perubahan dan Perbaikan
el-Asyi mulanya hanya terdiri dari 4 halaman yang masih memakai mesin tik yang sangat sedehana. Hal itu tentu diseuaikan dengan situasi dan kondisi pada saat tersebut. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya tekhnologi serta informasi, el-Asyi terus memperbaiki diri. Hasilnya halaman el-Asyi telah bertambah, cover yang dulunya tak berwarna sekarang menjelma menjadi cover lux penuh warna berkat desain layouter setia. Begitu juga dengan tulisan-tulisan, terus diperbaiki secara perlahan.
Selain itu, el-Asyi juga berubah secara stuktural. Sebelum tahun 2003, el-Asyi merupakan badan otonom dalam kepengurusan KMA yang bisa bergerak secara leluasa. Namun, saat Syura Bil Muhasabah KMA pada tahun 2003, terjadi perombakan besar dalam AD/ART KMA. Salah satu keputusan pada SBM tersebut adalah, penghapusan organisasi dan badan otonom dalam tubuh KMA. Otomatis el-Asyi ikut terkena imbasnya. Maka, pada tahun kepengurusan Tgk.Husni Mubarak, el-Asyi berada dalam tanggungjawab departemen Bakat dan Seni.
Karena dirasakan kurang optimal dan dirasa kurang komunikatif, seakan el-Asyi masih bidang otonom, maka pada tahun 2004 saat kepengurusan Tgk.Arif Rahmatillah, el-Asyi telah berada dibawah bidang garapan departemen Publikasi (bidang baru dalam tubuh KMA) yang khusus bergerak dalam pembinaan dan pempublikasian karya-karya anggota KMA, khususnya dalam kreatifitas menulis.
Periode tahun 2010/2011 el-Asyi kembali merekrut kru-kru baru yang penuh semangat. Para kru dengan segenap kemampuannya itu mencoba untuk bergerak secara perlahan, ide-ide besar dari senior yang duluan berkecimpung sangat membantu dalam setiap kali penerbitan. el-Asyi di tahun 2010-2011 juga telah mengalami beberapa perubahan, diantaranya penggabungan kembali jabatan ketua Publikasi dan Pimred el-Asyi setelah setahun sebelumnya ada pemisahan jabatan, mengingat peran ketua departemen dan pimred saling berhubungan. Penambahan rubrik baru yang diberi nama mimbar dakwah dan rubrik hikayat. Pada periode 2010-2011, el-Asyi juga mengikutsertakan seluruh seluruh anggota departeman Publikasi dalam setiap rapat el-Asyi untuk mewujudkan sinergisitas antara anggota yang membidangi departemen Publikasi maupun el-Asyi sendiri.
Haba dan Geuma
Dalam perjalanan selanjutnya, el-Asyi juga membidani lahirnya 2 buletin sederhana. Jika el-Asyi diterbitkan tiap sebulan sekali, maka kedua buletin sederhana ini hadir sesuai situasi dan kondisi.
a. Haba el-Asyi
Seperti namanya, buletin ini khusus diterbitkan oleh el-Asyi sebagai aksi kampanye dan solidaritas KMA terhadap peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi di Nanggroe. Peristiwa besar dan bersejarah apapun yang sedang terjadi di Aceh coba dikupas dan diulas dalam buletin ini. Tentunya disampaikan dalam konteks kita sebagai mahasiswa yang merupakan agent of change.
Dalam perjalanannya, Haba el-Asyi telah 6 kali terbit dengan tema dan ulasan yang cukup urgen. Masalah DOM yang terjadi di Aceh selama kurun waktu 10 tahun menjadi permasalahan pertama yang diangkat oleh buletin ini. Selanjutnya, pada edisi ke-6, musibah besar yang membuat Aceh mendunia-Tsunami- menjadi berita yang memang harus dianalisa.
Berganti tahun, berganti juga kepengurusan yang menimbulkan berbagai kebijakan. Edisi ke-6 tersebut mengakhiri sementara sepak terjang Haba el-Asyi. Sampai kini belum ada kepastian kapan Haba el-Asyi akan terbit lagi.
b. Geuma El-Asyi
Diterbitkan pertama sekali pada bulan Ramadhan 1428 H/ 2004 M. Buletin ini terbit mulanya hanya untuk pengganti sementara jika el-Asyi tidak dapat diterbitkan karena sesuatu dan lain hal. Namun kemudian, hal ini bergeser sedikit demi sedikit. Geuma el-Asyi tidak hanya dijadikan sebagai penjaga komunikasi dengan pembaca saja, Geuma el-Asyi juga terbit apabila ada keadaan yang menuntut pembahasan lebih intens.
Tema yang diusung oleh el-Asyi sangat sesuai dengan momentum. Jika momentumnya adalah Ramadhan, maka Geuma el-Asyi akan membahas seputar Ramadhan dan pernak-perniknya. Jika momentumnya adalah Cakradonya Cup, maka pembahasannya adalah seputar Cakradonya. Saat ini geuma el-Asyi telah terbit 4 edisi, edisi terakhir terbit pada bulan Oktober 2010.
Serba- Serbi el-Asyi
1. Motto el-Asyi
el-Asyi mengusung sebuah jargon yang juga merupakan motto KMA "Udeep Saree Matee Syahid", yang bermakna bahwa kita selaku seorang Muslim hanya mempunyai dua pilihan dalam kehidupan fana ini; memiliki arti yang besar dalam kehidupan atau meraih syahid. Jargon ini juga bermakna kebersamaan.
2. Tujuan el-Asyi
a. Mempererat tali silaturrahmi antar anggota KMA khususnya dan masyarakat luar pada umumnya
b. Berusaha menyamakan visi dan misi KMA
c. Menumbuhkembangkan sifat gemar menulis di kalangan anggota KMA
d. Tempat menampung aspirasi anggota
e. Membina penulis berbakat dalam bidang pers dan jurnalistik
f. Mengetengahkan informasi aktual dan faktual bagi seluruh anggota KMA
g. Mencari solusi untuk berbagai problematika yang berkembang
3. Penulis
Karena buletin ini adalah milik mahasiswa Aceh, maka yang berhak menulis adalah seluruh anggota Keluarga Mahasiswa Aceh Republik Arab Mesir dan juga para alumni KMA yang telah berdikari di tanah air.
4. Perekrutan kru
Kru el-Asyi merupakan warga asli KMA yang sedang menimba ilmu di negeri anbiya. Kru yang dipilih menjadi staff tentu bukan sembarang orang. Ada kriteria dan sifat-sifat tertentu yang membuat seorang anggota terpilih. Beberapa cara perekrutan kru:
a. Calon kru yang dinilai capable dimintai kesediaannya untuk bergabung
b. Pimred terpilih el-Asyi memilih sendiri calon kru yang sinergi dengannya
c. Dua tahun belakangan ini, peserta terbaik pada Pelatihan Jurnalistik KMA langsung diajak bergabung bersama el-Asyi.
5. Cover el-Asyi
Tiap pimred tentu mempunyai kebijakan-kebijakan dalam hal rubrik dan kemasan el-Asyi. Salah satu perubahan yang sangat mencolok adalah masalah cover. Biasanya cover el-Asyi selalu kertas HVS warna. Tapi sejak edisi 83 cover lux telah membuat wajah depan el-Asyi makin sumringah saja. Meski disana-sini masih butuh perbaikan.
6. Sumber dana el-Asyi
Sumber dana utama el-Asyi sampai sekarang berasal dari kas KMA. Kemudian el-asyi mengantungkan mobilitasnya dengan dana penjualan. Pada masa dulu, el-asyi banyak mendapatkan sumbangan dana dari para donatur, tapi akhir-akhir ini geliat donatur sudah sangat berkurang. Kita berharap semoga kali kedepan akan ada donatur-donatur mulia untuk el-Asyi sebagai langkah mempelancar gerak el-Asyi sendiri.
7. Harga el-Asyi
Edisi pertama dan kedua, el-Asyi diberikan secara percuma alias gratis kepada seluruh anggota KMA. Mulai edisi ketiga, el-asyi telah pasng harga 0,50 Le. Selanjutnya harga el-asyi naik menjadi 1.00 Le. Dan sejak edisi ke 83 el-asyi dengan wajah baru memasang infaq 1.50 Le. Pada kepengurusan tahun 2009-2010 el-asyi naik menjadi 2 Le mengingat krisis ekonomo yang melanda Mesir dan harga itu masih bertahan sampai sekarang. Namun sangat miris sekali dengan harga yang sangat terjangkau itu masih ada juga yang masih berhutang kala membeli el-Asyi bahkan mengacuhnya sama sekali.
Kru el-Asyi 2010/2011*
Pemred : Azmi Abubakar
Pimpinan Usaha : Anzila Arzaq Arsyad
Redaktur Pelaksana : Muhibbusabri Hamid
Staf Redaksi : M. fikri, Irwansyah, Teuku Tasqa, Humaira Syukri, Sumainah, Kuntari Madchaini, Afifah Thohirah
Layouter : Zulfahmi, Muhajir Sanusi
el-Asyi Butuh Pembenahan Besar
Sebagai pengingat dan mungkin menjadi refleksi kembali bagi kita semua, el-Asyi tahun 2011 ini telah berumur 20 tahun dan telah mencapai edisi yang ke109 semenjak terbit perdana tahun 1991 lalu. Seiring umur yang cukup lama itu, el-Asyi membutuhkan pembenahan besar dalam segala aspek. Sebagai generasi pewaris, kami selalu berusaha untuk menuju ke arah pembenahan dimaksud, walau dalam perjalanannya ada banyak duri yang menghadang baik itu datang dari internal maupun eksternal sendiri.
Sisi positifnya adalah kami bisa belajar banyak dari beribu duri yang menghadang itu, namun tak dipungkiri bahwa ribuan duri tersebut membuat tubuh kami terkadang lunglai tak berdaya menggerakkan roda. Pada sisi lain, sinergisitas keilmuwan dan organisasi sebagai konsumsi mahasiswa sehat menuntut kami untuk terus belajar dari berbagai macam problema.
Krue el-Asyi 2009/2010 |
Hatta keabadian visi hudeep saree matee syahid sedikit banyak mampu memompa darah kami untuk terus berpacu. Adalah dukungan dari kru semua dalam berbagai hal terutama soliditas dan efisiensi waktu akan sangat membantu jalannya roda el-Asyi, ketepatan waktu dalam mengumpulkan tulisan juga akan semakin mempelancar gerak el-Asyi. yang paling penting lagi adalah dukungan keseluruhan mahasiswa Aceh di Mesir dengan membeli el-Asyi dan memberi support kepada semua yang berkecimpung dalam proses penerbitan el-Asyi.
Karena satu hal yang perlu kita sadari bahwa el-Asyi ini adalah milik bersama sebagai media pembelajaran, wadah kepenulisan bagi kita selaku hamba ilmu dan lebih dari itu el-Asyi ini adalah sebagai aset penting aneuek nanggroe. Mental mulia ini harus tumbuh kembali sebagai bentuk kecintaan bersama kepada el-Asyi. Semoga!
Post a Comment